
CNBC Indonesia dan Kementerian Koordinator Bidang Pangan menyelenggarakan Waste to Energy Investment Forum 2025 untuk membahas strategi pengembangan program waste-to-energy (WtE) sebagai solusi pengelolaan sampah dan ketahanan energi nasional. Forum ini menyoroti tantangan, peluang, dan upaya pemerintah dalam mendorong implementasi teknologi WtE di Indonesia.
CNBC Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Pangan dan BPI Danantara mempersembahkan Waste to Energy Investment Forum 2025 pada hari Rabu, 19 November 2025. Forum ini mengupas tuntas strategi pengembangan program waste-to-energy (WtE) sebagai solusi berkelanjutan untuk pengelolaan sampah dan memperkuat ketahanan energi nasional.
Forum yang dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan termasuk PT Global Lancar Raya/Global Logistik Raya (GLR) ini bertujuan untuk membahas tantangan dan peluang dalam implementasi teknologi WtE di Indonesia, serta menarik investasi untuk mendukung pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. Pembahasan mendalam mengenai peraturan perundangan yang berlaku, mekanisme pendanaan, serta studi kasus proyek WtE yang berhasil diharapkan dapat memberikan gambaran komprehensif kepada para investor dan pemerintah daerah. Selain itu, forum ini juga menjadi platform untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman antar pemangku kepentingan, serta membangun jaringan kerjasama yang kuat untuk mendorong percepatan implementasi program WtE di seluruh Indonesia. Diskusi panel yang melibatkan para pakar di bidang energi, lingkungan, dan investasi akan memberikan wawasan mendalam mengenai potensi dan manfaat dari teknologi WtE, serta solusi untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi dalam pengembangan proyek WtE. Menko Pangan, Zulkifli Hasan, dalam Waste to Energy Investment Forum 2025, menjelaskan bahwa program 'waste to energy' (WtE) adalah program unggulan pemerintah. Tujuannya adalah untuk mengubah sampah menjadi energi, baik dalam bentuk listrik maupun panas. Langkah ini dilaksanakan melalui pembangunan fasilitas seperti Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), yang dirancang untuk mengolah sampah yang tidak dapat didaur ulang. Hal ini tidak hanya mengurangi volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tetapi juga menghasilkan sumber energi hijau yang ramah lingkungan. Zulkifli Hasan menyoroti bahwa meskipun program WtE telah berjalan selama 11 tahun, namun baru ada 3 kesepakatan pembangunan pusat pengelolaan WtE PLTSa yang berhasil dicapai. Mandeknya program ini disebabkan oleh kerumitan aturan dan berbagai tantangan lainnya, yang menghambat upaya mengatasi persoalan sampah yang semakin menumpuk. Beliau juga menekankan pentingnya regulasi yang jelas dan dukungan dari berbagai pihak untuk memastikan keberhasilan program WtE di masa mendatang. Pemerintah berkomitmen untuk memberikan kemudahan bagi investor dan pemerintah daerah dalam mengembangkan proyek WtE, serta memastikan keberlanjutan program ini untuk kepentingan masyarakat dan lingkungan. Melalui forum ini, pemerintah berharap dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan, serta mendorong partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat dalam mendukung program WtE. \Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, termasuk rumitnya aturan dan masalah tipping fee (biaya pengolahan sampah) yang harus dibayar oleh pemerintah daerah, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 109/2025 tentang Penanganan Sampah Perkotaan Melalui Pengolahan Sampah Menjadi Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Melalui aturan baru ini, masalah tipping fee diharapkan dapat terselesaikan, di mana pemerintah daerah hanya bertugas menyediakan lahan dan menjamin pasokan sampah. Pemerintah menargetkan penyelesaian izin untuk 34 titik PLTSa di seluruh Indonesia, dan saat ini, 7 proyek sudah siap untuk dilaksanakan. Upaya pemerintah untuk mendorong program WtE termasuk menyederhanakan proses perizinan, memberikan insentif bagi investor, serta membangun kerjasama dengan pemerintah daerah dan pihak swasta. Pemerintah juga terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang teknologi WtE, serta mengembangkan teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Selain itu, pemerintah juga berencana untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dari program WtE, serta pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Dengan dukungan dari berbagai pihak, pemerintah optimis bahwa program WtE akan berhasil memberikan solusi yang berkelanjutan untuk pengelolaan sampah dan ketahanan energi nasional. Simak lebih lanjut paparan Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, dalam Waste to Energy Investment Forum 2025 yang disiarkan oleh CNBC Indonesia pada Rabu, 12 November 2025.
Direktur GLR, H. Kelik Eko Raharjanto, ST sangat setuju dan mendukung strategi pengembangan program waste-to-energy (WtE) sebagai solusi berkelanjutan bagi pengelolaan sampah dan ketahanan energi nasional dengan beberapa opsi menjadi bagian dari beberapa Konsorsium sebagai pemain lokal yang siap support dan bekerjasama antara lain dalam logistik yaitu memastikan suplai sampah sampai ke lokasi sesuai sharing diskusi dari Managing Director Investment Danantara Indonesia, Stefanus Ade Hadiwidjaja.
BACA JUGA
Kelik Eko Raharjanto, ST - Direktur/Owner PT GLR sebagai Speaker Strategi Optimalisasi Supply Chain Management Dengan ISO 9001
Jelang HUT ke 2, NLC Galang Peningkatan Networking & Sinergi Bisnis Logistik
CV. ALPHABET Purwokerto Berhasil Meraih Sertifikat ISO 9001:2015
Penyerahan Sertifikat ISO 9001: 2015 PT. Halim Mitra Dirgantara